Banyuwangi, 22 Juni 2025 — Setelah hampir lima tahun vakum, pengajian “Nelesi Ati” kembali menggelar forum Ahad pagi di Pondok Pesantren Adz Dzikra Banyuwangi, tepatnya di Aula Sidqi Maulana. Ratusan jamaah dari berbagai kecamatan antusias mengikuti momentum kebangkitan spiritual ini.
Dipimpin oleh KH. Ir. Achmad Wahyudi, S.H., M.H., pengajian “Nelesi Ati” tak sekadar menyuguhkan tausiyah, namun menjadi ruang ruhani untuk refleksi, dzikir, silaturahmi, hingga aksi sosial nyata. Forum ini menekankan pentingnya menundukkan hati (nelesi ati) kepada Allah SWT, memperkuat ukhuwah, dan menumbuhkan cinta ilmu serta amal.
“Jangan gelisah jika ditolak atau diremehkan. Bahkan Rasulullah ﷺ pun ditolak. Kewajiban kita hanyalah berkata baik dan menyampaikan kebenaran,” tegas KH Wahyudi dalam tausiyahnya.
Beliau juga menyoroti pentingnya tawakal dengan membandingkan kecenderungan manusia yang lebih percaya janji manusia ketimbang janji Allah. “Kalau disuruh pejabat kita semangat, disuruh Allah kita ragu. Padahal Allah Maha Menepati Janji,” ujarnya.
Usai tausiyah, dilakukan santunan kepada anak yatim piatu yang hadir. KH Wahyudi menegaskan bahwa program ini akan menjadi agenda rutin setiap Ahad. Jamaah yang memiliki rezeki lebih diajak menyumbang satu amplop sebagai bentuk empati dan cinta sosial.
Tak hanya anak yatim, program berikutnya akan menyasar dhuafa dan lansia melalui santunan sembako. “Ngaji sambil silaturahmi, sambil dapat rezeki,” imbuhnya disambut haru jamaah.
Kegiatan ini mendapat dukungan berbagai pihak, termasuk GM FKPPI PC-1325 Banyuwangi, tokoh agama lintas wilayah, hingga perwakilan YLBHKI. Hal ini menandakan “Nelesi Ati” bukan sekadar pengajian, tetapi gerakan moral kolektif yang mengakar.
Seperti biasa, pengajian juga diwarnai pembagian konsumsi secara tertib oleh santri, memperkuat nilai edukatif dan kebersamaan.
Dengan spirit ilmu, dzikir, dan amal, “Nelesi Ati” diproyeksikan menjadi episentrum spiritual baru di Banyuwangi sebuah gerakan ruhani yang membumi dan menyentuh hati.
(Red)