Banyuwangi – Di balik keterbatasan, selalu ada kisah perjuangan yang mampu menginspirasi banyak orang. Kisah itu datang dari seorang guru muda asal Banyuwangi, Sindi Nofita Wulandari, yang kini mengabdikan diri sebagai pengajar Desain Grafis di SMK PGRI 2 Giri Banyuwangi.
Lahir pada tahun 2000, Bu Sindi tumbuh dari keluarga sederhana. Sang ayah bekerja sebagai tukang cukur, profesi yang penuh ketekunan namun tak selalu mudah mencukupi kebutuhan hidup. Kondisi ini justru menempa dirinya menjadi pribadi ulet, pekerja keras, dan pantang menyerah.
Sejak masa sekolah menengah, Bu Sindi harus membagi waktu antara belajar dan bekerja. Hasil jerih payahnya digunakan untuk membayar biaya sekolah, termasuk SPP. Perjuangan itu berlanjut hingga kuliah, ketika ia tetap bekerja demi membiayai pendidikannya sendiri tanpa bergantung pada siapa pun. Dari sinilah lahir keteladanan tentang arti kemandirian yang sesungguhnya.
Kini, di ruang kelas, Bu Sindi bukan hanya mengajarkan teori desain grafis. Ia juga memotivasi para siswa agar berani bermimpi lebih besar. Kesabaran dan dedikasinya membuat banyak siswa meraih prestasi dalam berbagai lomba desain grafis. Capaian itu menjadi bukti nyata bagaimana peran seorang guru mampu menyalakan potensi dan semangat juang generasi muda.
“Beliau membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Justru dari keterbatasan, kita bisa belajar untuk berjuang lebih keras,” ungkap salah satu muridnya, Rofi Nazar Amrikin, yang terinspirasi langsung oleh perjuangan Bu Sindi.
Bagi para siswanya, Bu Sindi bukan sekadar guru di kelas. Ia adalah teladan tentang bagaimana kerja keras, disiplin, dan manajemen waktu mampu membuka jalan menuju kesuksesan.
Kisah hidupnya menjadi pesan kuat bagi generasi muda: kesuksesan tidak datang dengan mudah, melainkan lahir dari usaha, pengorbanan, dan keyakinan yang teguh.
(Red)