Banyuwangi – Dalam pertemuan di Kampung Kopi Lerek Gombengsari, atau yang akrab disebut Kampong Kopi Lego di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, aktivis anti-korupsi Yunus Wahyudi menegaskan bahwa perjuangannya melawan praktik korupsi terus berlanjut. Pria berjuluk “Harimau Blambangan” ini membantah isu bahwa ia telah mengendur dalam mengungkap kasus-kasus korupsi di Banyuwangi.
“Setiap hari saya terus bergerak. Di media sosial, saya selalu mengkritik para koruptor. Bahkan, saya baru saja menyerukan agar ‘Bapak Tuyul’ segera ditangkap setelah kasus ‘6 Tuyul Jadi Tersangka’ mencuat,” ujar Yunus dengan penuh semangat, Sabtu (28/12/2024).
Yunus memanfaatkan platform digital, termasuk TikTok, untuk menyuarakan kritik terhadap pihak-pihak yang diduga terlibat korupsi. Ia sering mengambil video kritik di lokasi-lokasi yang dianggapnya sebagai “sarang korupsi,” seperti kantor pemerintahan dan dinas terkait.
Yunus mengenang masa ketika dirinya dipenjara pada 2017, yang ia sebut sebagai upaya kriminalisasi atas perjuangannya. Pengalaman tersebut justru semakin memperkuat tekadnya untuk terus melawan korupsi.
“Saya tidak takut penjara. Penjara itu seperti surga bagi saya. Begitu keluar, saya langsung melanjutkan perjuangan. Saat itu, kepala kejaksaan bahkan mengakui bahwa saya ‘diincar’ oleh pihak tertentu,” ungkapnya.
Ia juga mengaku memiliki data lengkap mengenai aset-aset milik mantan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, yang tersebar di berbagai daerah seperti Banyuwangi, Surabaya, dan Jakarta. Yunus menyatakan bahwa data tersebut disimpannya dengan baik untuk membantu aparat penegak hukum jika diperlukan.
Prinsip amar makruf nahi munkar selalu menjadi landasan perjuangan Yunus selama lebih dari satu dekade. Meskipun menghadapi berbagai rintangan dan ancaman, ia tetap berkomitmen untuk melawan korupsi tanpa pandang bulu. Yunus berharap masyarakat Banyuwangi terus mendukung upayanya untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas di daerah tersebut.
(Red)