Banyuwangi – Sebagai lumbung padi nasional dengan surplus beras lebih dari 300 ton per tahun, Banyuwangi terus berinovasi di sektor pertanian. Terbaru, daerah ini mengembangkan beras biofortifikasi—padi bernutrisi tinggi yang dibudidayakan dengan teknologi ramah lingkungan.
Beras biofortifikasi memiliki kandungan vitamin dan mineral penting seperti vitamin A, B1, B3, B9 (asam folat), B12, zat besi, dan zinc. Kandungan tersebut sangat bermanfaat, khususnya bagi ibu hamil dan anak-anak dalam masa pertumbuhan.
“Langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo. Selain memperkuat ketahanan pangan, pengembangan beras bernutrisi juga mendukung pembangunan SDM dan mencegah stunting,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Rabu (4/6/2025).
Pengembangan beras ini merupakan kolaborasi antara Pemkab Banyuwangi, Pandawa Agri Indonesia, Danone Indonesia, dan Bulog Banyuwangi. Proses produksi dilakukan melalui modifikasi genetik tanaman padi untuk meningkatkan kandungan gizinya.
CEO Pandawa Agri Indonesia, Kukuh Roxa Putra, menyampaikan bahwa saat ini pengembangan dilakukan di atas lahan seluas 60 hektare yang tersebar di Kecamatan Blimbingsari, Licin, Glagah, Singojuruh, dan Sempu, dengan melibatkan puluhan petani.
“Tahun 2026 akan kami kembangkan menjadi 500 hektare dan menggandeng lebih dari 100 petani,” kata Kukuh.
Para petani mendapat pendampingan lengkap dari hulu hingga hilir—meliputi penyiapan benih, pengolahan lahan, proses budidaya, hingga perlakuan pascapanen. Dengan pendekatan ini, produktivitas padi bisa meningkat hingga 15 persen.
Kukuh menambahkan, budidaya padi biofortifikasi dilakukan dengan pendekatan pertanian berkelanjutan. Di antaranya, pemupukan berimbang, penggunaan decomposer jerami untuk memperbaiki kualitas tanah, dan sistem pengairan basah-kering guna menekan emisi gas rumah kaca.
“Selain efisien dari segi biaya, metode ini juga lebih ramah lingkungan,” pungkas Kukuh.
(Red)