Banyuwangi – Jangan buru-buru panik mendengar kata “MARS.” Ini bukan organisasi luar angkasa, apalagi sekte pemanggil alien. MARS di Banyuwangi adalah singkatan dari Masyarakat Rakyat Sejahtera, sebuah komunitas ekonomi kreatif yang tengah tancap gas mengorbitkan pelaku UMKM lokal dari akar rumput menuju panggung nasional.
Di bawah komando Ketua Aditya Ruli Delianto, SH., M.Kn., MARS tampil nyentrik dan segar. Tiap malam Minggu, mereka berkumpul di pasar bukan untuk belanja, tapi membangun sinergi dan strategi. Sementara setiap Minggu pagi, komunitas ini rutin hadir di arena Car Free Day (CFD), menghadirkan pameran produk UMKM yang dikemas santai tapi berdampak.
Yang bikin menarik, sebagian besar pelaku UMKM binaan MARS bergerak di bidang kerajinan batu akik dan permata, sektor usaha yang sempat redup, namun kini kembali bersinar berkat sentuhan komunitas ini. Koleksi unik batu lokal hingga permata eksotik dipajang dengan bangga, menjadi primadona lapak dan pameran mereka. Tak tanggung-tanggung, sederet penghargaan pun berhasil mereka raih dari berbagai kontes batu permata nasional:
- Juara 1 dan 2 untuk kategori Pirus Xinjiang Gradasi Hijau B dan Gradasi Toska Hijau
- Juara 1 untuk Pirus Mesir Ageman dan Pirus Persia Gradasi Bebas
- Juara 3 untuk Pirus Kerman Bebas Ukuran, Pirus Persia Flat Biru B, Pirus USA, Pirus Badar, serta Pirus Fashion Ring
- Juara 4 untuk Pirus Mesir Biru dan Pirus Fashion Ring
- Juara 5 untuk Pirus Mesir Gradasi Biru, Pirus Mesir Karakter Matrix, dan Pirus Motif Buah atau Sayur
- Juara 6 untuk Pirus Persia Hijau dan Pirus Persia Ageman
Capaian tersebut bukan sekadar prestise, melainkan bukti nyata bagaimana semangat warga bisa menembus kompetisi nasional bermodal gotong royong dan keuletan.
“Kami bukan cuma ngopi sambil jualan, tapi merajut jaringan dan mentalitas usaha yang sehat. MARS itu tempat tumbuh bersama,” ujar Aditya Ruli usai pameran di CFD Taman Blambangan, Minggu (7/7/2025).
Organisasi ini tak hanya bergerak spontan. Mereka memiliki agenda jangka menengah, seperti menggelar pameran antar wilayah tiap bulan, serta lapak bareng lintas komunitas setiap empat bulan.
“Kita ingin pelaku usaha kecil belajar naik kelas, bukan cuma nyaman di zona pasar lokal. Maka jangka panjang kita bidik event nasional,” tambah Wakil Ketua 3 bidang usaha, Hafid.
MARS juga disokong oleh sejumlah tokoh lokal sebagai pembina dan penasehat, antara lain H. Fajar, H. Rofiq, H. Aris, R. Siswanto, Windy, Aji, Ipung, hingga Jumari. Struktur organisasinya pun cukup padat, dari Wakil Ketua I Agus Kapten yang dikenal dengan gaya blak-blakan, hingga Sekretaris Beni Yusuf yang telaten mendokumentasikan tiap langkah komunitas.
“Ini bukan komunitas gaya-gayaan. Kita bawa semangat ekonomi kerakyatan, dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat,” kata Hendrix K, Wakil Ketua Bidang Anggota, sambil merapikan dagangan UMKM di lapaknya.
Dengan tagline “Kerja Nyata, Bukan Angan-Angan dari Mars,” MARS kini mulai dilirik sebagai model komunitas pembangunan ekonomi lokal berbasis gerakan warga. Mereka hadir di pasar, hidup di CFD, dan menembus batas-batas wilayah dengan semangat kolaborasi.
Apakah MARS akan benar-benar melesat ke event nasional? Melihat energi dan kekompakan mereka, sepertinya hanya tinggal menunggu waktu. Siapa sangka, gerakan dari pasar bisa melesat sejauh itu.
(Red)