Banyuwangi – Memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025, GM FKPPI PC 1325 Banyuwangi menggelar acara bertajuk “Haul Pancasila: Majelis Dzikir Refleksi Pancasila” pada Minggu (1/6/2025) di Masjid Al-Ahwa, kompleks Pondok Pesantren Adz Dzikra. Kegiatan ini menjadi puncak refleksi empat hari yang menyatukan nilai-nilai spiritualitas Islam, kebangsaan, dan kebudayaan dalam satu napas keindonesiaan.
Acara dibuka dengan Khotmil Qur’an 30 Juz dan dilanjutkan dengan dzikir serta tahlil untuk para tokoh bangsa dan penggagas Pancasila. Ratusan jamaah hadir memadati lokasi, termasuk santri, wali santri, serta keluarga besar GM FKPPI Banyuwangi.
KH. Ir. Achmad Wahyudi, S.H., M.H., Ketua GM FKPPI Banyuwangi sekaligus pengasuh Ponpes Adz Dzikra, menegaskan bahwa istilah “haul” bukan hanya merujuk pada peringatan wafat, melainkan simbol kekuatan dan keteladanan nilai-nilai Pancasila.
“Haul Pancasila bukan seremoni. Ini momentum spiritual untuk mengikat kembali keislaman, kebangsaan, dan kebudayaan sebagai satu kesatuan utuh bangsa,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya tindakan konkret sebagai wujud syukur, seperti berbagi, tepat waktu, dan menjaga semangat kebersamaan. GM FKPPI, lanjutnya, juga siap memfasilitasi lahirnya komunitas seni hingga pendirian Institut Seni Banyuwangi (ISB) sebagai bagian dari pembangunan karakter bangsa.
“Kami bukan seniman, tapi kami sadar seni adalah bagian dari kehidupan. Seni harus hadir dalam bingkai kesantunan dan nilai Islam rahmatan lil ‘alamin,” tambahnya.
KH. Thoha Muntaha dari Ponpes Minhajut Thullab, Lampung, dalam tausiyahnya mengajak jamaah mengenang Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. Ia menegaskan bahwa perjuangan ulama dan santri telah mendahului pembentukan TNI.
“Mereka berjuang bukan karena jabatan, tapi karena iman dan cinta tanah air. Ini yang harus terus ditanamkan dalam jiwa bangsa,” tegasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, turut menyampaikan apresiasi tinggi. Ia menyebut Haul Pancasila sebagai agenda yang layak masuk dalam kalender tahunan Banyuwangi Festival (B-Fest), karena menggabungkan pendekatan kultural dan religius dalam pendidikan karakter.
“Pendekatan seperti ini sangat efektif untuk membangun generasi yang cinta bangsa dan berkarakter kuat,” ujarnya.
KH. Achmad Wahyudi menutup acara dengan menekankan pentingnya pembentukan karakter melalui tiga dimensi: watak pribadi, kesadaran sosial, dan kesadaran historis. “Tiga hal ini menjadi fondasi lahirnya manusia Indonesia seutuhnya,” pungkasnya.
Haul Pancasila bukan sekadar peringatan, tapi wujud nyata bahwa spiritualitas, budaya, dan nasionalisme bisa berpadu dalam satu majelis yang membangun harapan bersama.
(Sumber: Biro Publikasi dan Dokumentasi GM FKPPI 1325)