Banyuwangi, 9 April 2025 – Ketua komunitas sadar hukum Banyuwangi, Sugiarto, mengecam terjadinya keributan antar siswa yang juga merupakan tindak pidana. Kasus ini melibatkan empat siswa SMA N 1 GIRI Banyuwangi yang menjadi ABH atau tersangka di Polresta Banyuwangi dalam keributan tersebut.
Keributan antar siswa ini terjadi dalam sebuah event futsal antar kelas di SMA N 1 GIRI Banyuwangi. Kasus ini telah dilaporkan ke polisi dan telah berlangsung selama lima bulan.
Sugiarto mempertanyakan status sekolah yang mengadakan kegiatan futsal antar kelas sebagai pembimbing dan panitia kegiatan. “Adilkah buat empat siswa yang berperan serta dalam event futsal antar kelas SMA N 1 GIRI Banyuwangi yang hari ini berstatus sebagai ABH (Anak Berhadapan Hukum) dan atau Tersangka karena kasusnya naik statusnya ke tahap Penyidikan.
Lalu bagaimana status SMAN 1 Giri sebagai Panitia Penyelenggara sekaligus sebagai pembimbing anak didik, Bagaimana dihadapan KUHP secara pidana, dan bagaimana menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional maupun Undang-Undang Dosen dan Guru,” kata Sugiarto.
Sugiarto juga menyoroti tekanan mental yang dialami oleh siswa-siswa yang terlibat dalam keributan tersebut. “Selama lima bulan ini anak-anak tentunya mengalami banyak tekanan-tekanan mental yang tidak mudah dilalui oleh semua anak,” kata Sugiarto.
Sugiarto mempertanyakan pertanggungjawaban sekolah dalam kasus ini. “Kami yakin apabila memang sekolah itu mampu dan memang punya tanggung jawab, tidak akan sampai ke titik ini proses hukum yang terjadi di Polresta Banyuwangi,” kata Sugiarto.
Sugiarto berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi sekolah-sekolah lain untuk tidak asal mengadakan event yang dapat membahayakan siswa. “Jangan asal mengadakan event. Dan akhirnya yang dikorbankan adalah siswa yang menjadi peserta,” kata Sugiarto.
Kasus keributan antar siswa pemain futsal dalam event futsal antar kelas di SMA N 1 GIRI Banyuwangi menjadi sorotan karena mempertanyakan status sekolah sebagai pembimbing dan panitia kegiatan.
Sugiarto berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi sekolah-sekolah lain untuk tidak asal mengadakan event yang dapat membahayakan siswa klo tidak mampu menyelesaikan potensi masalah yang terjadi dan akhirnya siswa dikorbankan seperti ini,” tutup Sugiarto.
(Red)