Banyuwangi – Aula Sidqi Maulana Pondok Pesantren Adz-Dzikra, Banyuwangi, kembali dipenuhi ratusan jamaah pada pengajian rutin Ahad pagi bertajuk “Nelesi Ati” sekaligus santunan anak yatim, Minggu (21/9/2025). Acara ini dihadiri santri, wali santri, tokoh ormas, serta masyarakat sekitar, berlangsung penuh khidmat dan menambah semangat spiritual jamaah.
Rangkaian kegiatan diawali dengan penampilan santri yang menyetorkan hafalan dan pelajaran di hadapan wali santri, meliputi ilmu nahwu, sharaf, hingga ushul fiqh. Suasana kemudian semakin syahdu dengan lantunan sholawat, hadrah, serta qiro’ah tilawatil Qur’an.
Puncak acara diisi tausiyah pengasuh Ponpes Adz-Dzikra, KH. Ir. Achmad Wahyudi, S.H., M.H., yang juga Mustasyar PCNU Banyuwangi. Dalam mauidhoh hasanahnya, beliau menegaskan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber cahaya dan pedoman hidup.
“Barang siapa menyibukkan diri dengan membaca dan mendalami Al-Qur’an, meski sampai lupa berdoa, permintaannya tetap akan dikabulkan Allah SWT. Namun, Al-Qur’an tidak akan bersemayam di hati yang dipenuhi maksiat,” tegas KH. Achmad Wahyudi.
Beliau juga menekankan iman yang sejati harus diwujudkan dalam keikhlasan, ridha, dan cinta. Meneladani sahabat Umar bin Khattab yang hatinya bergetar saat mendengar ayat Al-Qur’an, setiap Muslim diharapkan menjadikan Al-Qur’an sebagai cermin dalam kehidupan.
Mengutip QS. Az-Zukhruf ayat 3, beliau mengingatkan bahwa Al-Qur’an adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman. Bahkan, penemuan modern seperti sidik jari atau aturan larangan zina semakin menguatkan bukti kebenaran wahyu Ilahi.
KH. Achmad Wahyudi juga mengajarkan pentingnya membiasakan mendengar lantunan ayat suci dalam kehidupan sehari-hari, termasuk melalui media digital sederhana seperti ponsel.
Terkait “lezatnya iman”, beliau menegaskan bahwa keimanan akan terasa manis bila diwujudkan dengan memberi dan berbagi. “Orang beriman akan merasa resah bila tidak berbagi. Lezatnya iman bukan hanya ketika memberi, tapi juga ketika mensyukuri saat menerima,” ungkapnya.
Acara ditutup dengan santunan kepada puluhan anak yatim dari berbagai wilayah, disertai doa bersama dan sholawat Nabi. Suasana haru menyelimuti momen tersebut, mencerminkan nilai kepedulian dan kebersamaan.
Pengajian rutin “Nelesi Ati” bukan sekadar forum pendalaman ilmu agama, tetapi juga sarana silaturahmi, penguatan iman, serta pembinaan karakter santri dan masyarakat.
(Red)