Banyuwangi, 4 April 2025 – Pantai Boom, yang sebelumnya dikenal sebagai lokasi observasi dan penelitian, kini telah berubah menjadi aset keserakahan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan aktivis di Banyuwangi.
Herman Syahtie, aktivis dan akademisi, menyampaikan, “seharusnya menjadi landasan untuk mengembangkan pendidikan yang relevan dengan potensi lokal. Namun, kenyataannya adalah bahwa Pantai Boom kini diberikan kepada pihak yang tidak memiliki visi misi yang jelas.
“pendidikan kontekstual berbasis potensi lokal seharusnya menjadi prioritas. Pemanfaatan lingkungan pesisir sebagai laboratorium alam dapat mencerminkan komitmen terhadap pendidikan yang relevan dan aplikatif. Namun, kenyataannya adalah bahwa kebijakan yang ada saat ini telah bergeser dan lebih berorientasi pada kepentingan pribadi daripada kepentingan masyarakat.” Tuturnya.
Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa hal yang harus dilakukan adalah:
1. Evaluasi Kebijakan: Pemerintah harus melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang ada dan memastikan bahwa kebijakan tersebut masih relevan dengan kepentingan masyarakat.
2. Pengawasan: Masyarakat harus melakukan pengawasan terhadap penggunaan aset-aset publik, seperti Pantai Boom, untuk memastikan bahwa penggunaan tersebut tidak merugikan kepentingan masyarakat.
3. Pendidikan: Pendidikan kontekstual berbasis potensi lokal harus menjadi prioritas untuk mengembangkan pendidikan yang relevan dan aplikatif.
Dengan melakukan beberapa hal tersebut, diharapkan bahwa Pantai Boom dapat kembali menjadi lokasi observasi dan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat Banyuwangi.
(Red)