Banyuwangi – Perhelatan Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2025 mendapat dukungan penuh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember. Tahun ini, BBF tidak hanya memamerkan karya batik, tetapi juga menjadi sarana edukasi untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Acara yang berlangsung pada 17–18 Oktober 2025 di Gesibu Blambangan ini menghadirkan pameran lembaga jasa keuangan serta stan pelaku UMKM batik Banyuwangi. Puluhan stan menampilkan layanan keuangan dan produk batik unggulan, seiring dengan parade Duta Batik Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang menampilkan 36 peserta dengan tema “Gemelare Jarit Wader Kesit”, terinspirasi dari motif khas batik Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ajang memperkuat budaya lokal sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap literasi keuangan.
“Ini gerakan bersama untuk memperkuat budaya lokal dan meningkatkan literasi serta inklusi keuangan bagi masyarakat. Motif Wader Kesit memperkenalkan karya batik Banyuwangi agar semakin dicintai masyarakat luas,” ujar Ipuk.
Selain memamerkan batik, masyarakat mendapatkan edukasi langsung dari OJK mengenai literasi keuangan, termasuk cara menghindari pinjaman online ilegal, bahaya judi online, serta kewaspadaan terhadap investasi bodong.
Kepala OJK Jember, Muhammad Mufid, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya kolaborasi antara OJK dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Banyuwangi untuk memperluas akses keuangan masyarakat, khususnya pelaku UMKM.
“Pembatik di Banyuwangi bisa lebih mudah mendapatkan permodalan, menabung dari hasil penjualan batik, bahkan menjual produknya secara online. Dengan begitu, masyarakat Banyuwangi akan semakin sejahtera,” jelas Mufid.
Hingga triwulan ketiga 2025, OJK Jember telah melaksanakan 48 kegiatan edukasi keuangan yang menjangkau 22.463 orang dari berbagai kalangan masyarakat. Program yang dijalankan antara lain Satu Rekening Satu Pelajar, literasi keuangan bagi komunitas difabel, dan edukasi kepada tiga pilar pemerintahan daerah.
Mufid menekankan pentingnya edukasi keuangan agar masyarakat tidak tergiur investasi bodong dan memperoleh perlindungan dari praktik keuangan ilegal. OJK juga mencatat pertumbuhan ekonomi Banyuwangi pada triwulan kedua 2025 sebesar 5,58 persen, lebih tinggi dari Jawa Timur (5,23 persen) dan nasional (5,12 persen), dengan sektor pertanian, perdagangan, pariwisata, ekonomi kreatif, dan batik sebagai pendorong utama.
Lebih menggembirakan, tingkat kemiskinan Banyuwangi menurun menjadi 6,13 persen, terendah sejak 2003.
“Kami bangga berkolaborasi dengan Banyuwangi Batik Festival. Batik bukan sekadar motif, tetapi hasil kerja keras, kreativitas, dan ketekunan, sama seperti inklusi keuangan yang membutuhkan proses panjang hingga menghasilkan karya bernilai tinggi,” pungkas Mufid.
(Red)
















