Banyuwangi – Perkembangan teknologi dan pembangunan sosial menuntut adanya percepatan pembangunan di seluruh lini, termasuk dari tingkat desa hingga nasional. Desa sebagai unit terkecil memiliki otonomi besar dalam mengatur wilayahnya, dengan dukungan lembaga seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD).
Salah satu bentuk nyata percepatan pembangunan di desa adalah melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 Tahun 2025. Program ini merupakan kelanjutan dari ABRI Masuk Desa (AMD) yang digagas sejak 1980 oleh Jenderal M. Jusuf. Kini, TMMD hadir sebagai wujud kemanunggalan TNI dengan rakyat, dengan semangat mempertahankan budaya gotong royong.
Program TMMD memiliki dasar hukum kuat, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan Atas UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, yang menegaskan peran TNI dalam membantu pembangunan daerah bersama komponen bangsa lain.
Mengutip situs resmi Kominfo Jatim, tujuan TMMD adalah mewujudkan ruang juang, alat juang, kondisi juang, serta kemanunggalan TNI-Rakyat melalui pembangunan fisik maupun nonfisik.
TMMD ke-125 tahun ini dilaksanakan di lima kabupaten, yaitu Madiun, Bojonegoro, Jombang, Banyuwangi, dan Pamekasan dengan tema “Dengan Semangat TMMD Mewujudkan Pemerataan Pembangunan dan Ketahanan Nasional di Wilayah”.
Di Kabupaten Banyuwangi, program ini menyasar Kecamatan Siliragung, khususnya di Desa Kesilir, Seneporejo, dan Siliragung. Salah satu yang paling ditunggu masyarakat adalah pembangunan jembatan gantung yang tidak layak diganti dengan jembatan beton yang kokoh.
Bupati Banyuwangi menegaskan bahwa TMMD tidak hanya pembangunan fisik, melainkan juga membangkitkan semangat kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan. Warga tampak antusias bekerja bersama prajurit TNI, mencerminkan sinergi kuat demi kemajuan desa.
Keberadaan jembatan baru diharapkan mempercepat akses antarwilayah, meningkatkan mobilitas ekonomi, dan menjadi warisan bagi generasi mendatang.
(Red)