• REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
Ganesha BWI
  • HOME
  • TRENDING
  • DAERAH
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLRI
  • TNI
  • PARLEMEN
  • PARIWISATA
  • PERISTIWA
  • PENDIDIKAN
  • WAWASAN NUSANTARA
No Result
View All Result
  • HOME
  • TRENDING
  • DAERAH
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLRI
  • TNI
  • PARLEMEN
  • PARIWISATA
  • PERISTIWA
  • PENDIDIKAN
  • WAWASAN NUSANTARA
No Result
View All Result
Ganesha BWI
No Result
View All Result
  • HOME
  • TRENDING
  • DAERAH
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLRI
  • TNI
  • PARLEMEN
  • PARIWISATA
  • PERISTIWA
  • PENDIDIKAN
  • WAWASAN NUSANTARA
Home WAWASAN NUSANTARA

Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

Ferdi Fernando Putra | Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi

Redaksi by Redaksi
September 2, 2025
in WAWASAN NUSANTARA
0
Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

Ganesha BWI – Fenomena buzzer dalam dunia politik Indonesia kembali menjadi sorotan. Ward Berenschot, antropolog dari University of Amsterdam, menegaskan bahwa keberadaan buzzer di Indonesia telah berkembang dari sekadar aktivitas sporadis menjadi sebuah industri yang terstruktur. Istilah ‘industri’ bukan tanpa alasan, sebab buzzer kini beroperasi dengan sistem perekrutan, kontrak kerja, hingga aliran dana yang tidak kecil.

Dalam lanskap politik digital, buzzer memainkan peran yang kian dominan. Mereka menjadi ‘tentara siber’ bagi tokoh politik, partai, maupun kelompok kepentingan tertentu. Buzzer tak lagi hanya bekerja untuk meningkatkan popularitas, melainkan juga menggiring opini publik, bahkan menyerang lawan politik dengan disinformasi.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah demokrasi masih berjalan sehat ketika suara rakyat asli sering kali kalah oleh riuhnya suara buatan? Media sosial, yang seharusnya menjadi ruang ekspresi, perlahan berubah menjadi arena pertarungan modal.

Baca Juga  Koramil Glagah Latih Bela Negara dan Disiplin Siswa SMPN 2 Glagah, Tanamkan Karakter Tangguh Sejak Dini

Demokrasi yang Terancam

Di satu sisi, buzzer dapat meningkatkan intensitas percakapan publik tentang isu politik. Narasi yang mereka produksi bisa membuat masyarakat lebih peduli pada dinamika politik. Namun di sisi lain, hadirnya industri ini berpotensi menggerus kualitas demokrasi. Demokrasi digital yang idealnya menjadi ruang kebebasan berpendapat berubah menjadi arena yang dikendalikan oleh kekuatan uang.

Suara rakyat asli kerap tenggelam oleh gemuruh narasi yang dikendalikan buzzer. Bahkan lebih parah, industri buzzer beroperasi dengan strategi polarisasi: membelah masyarakat berdasarkan sentimen agama, etnis, atau ideologi. Pola semacam ini sudah terlihat jelas dalam berbagai pemilu di Indonesia, di mana wacana publik justru dipenuhi ujaran kebencian dan fitnah.

Dalam jangka panjang, hal ini membahayakan kohesi sosial bangsa. Polarisasi yang ditanamkan buzzer tidak berhenti di dunia maya, melainkan meluber ke kehidupan nyata. Hubungan antarwarga bisa rusak hanya karena narasi politik yang sengaja dipertajam untuk keuntungan kelompok tertentu.

Industri Gelap Politik Digital

Salah satu masalah terbesar dari fenomena buzzer adalah posisinya yang berada di “ruang abu-abu” hukum. Mereka bekerja berdasarkan pesanan, mendapat bayaran dari pihak politik tertentu, tetapi tidak pernah tercatat dalam laporan dana kampanye. Dengan demikian, keberadaan mereka sulit dikontrol.

Industri ini seperti perusahaan bayangan: ada struktur, ada target, ada aliran dana, tetapi tidak tersentuh regulasi. Padahal, pengaruhnya nyata dalam membentuk persepsi publik. Inilah yang membuat demokrasi menjadi transaksional, di mana opini publik tidak lagi tumbuh organik, melainkan diproduksi layaknya barang dagangan.

Perlu Regulasi dan Literasi Digital

Fenomena ini menegaskan urgensi regulasi yang lebih jelas dalam dunia politik digital. Pembiayaan terhadap buzzer, jika memang terjadi, seharusnya masuk dalam kerangka transparansi dana politik sebagaimana aturan dana kampanye. Tanpa mekanisme kontrol, industri buzzer akan terus beroperasi di ruang gelap, sulit disentuh hukum, tetapi sangat berpengaruh terhadap jalannya demokrasi.

Selain regulasi, literasi digital masyarakat harus ditingkatkan. Rakyat tidak boleh lagi menjadi objek pasif dari manipulasi buzzer. Kemampuan untuk memilah informasi, membedakan fakta dari propaganda, menjadi benteng utama menjaga rasionalitas publik. Media massa, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil memiliki tanggung jawab besar untuk membangun kesadaran kritis ini.

Opini Kritis Ferdi Fernando Putra

Sebagai mahasiswa yang aktif mengamati isu sosial-politik, saya melihat industri buzzer sebagai ancaman serius bagi masa depan demokrasi Indonesia. Demokrasi seharusnya berdiri di atas suara rakyat, bukan suara yang dibeli dan digerakkan oleh algoritma digital.

Buzzer membuat politik kehilangan moralitas. Ketika opini bisa diproduksi secara massal dengan bayaran, maka kebenaran bukan lagi soal fakta, melainkan soal siapa yang memiliki modal lebih besar. Inilah bentuk baru politik transaksional di era digital.

Saya menilai pemerintah dan partai politik harus berani transparan soal praktik ini. Jangan hanya bersembunyi di balik narasi kebebasan berekspresi, tetapi diam-diam menyewa buzzer untuk kepentingan politik. Pada saat yang sama, generasi muda juga harus kritis. Jangan mudah terbawa arus viral, karena tidak semua yang trending itu murni suara rakyat.

Demokrasi Indonesia akan benar-benar rapuh bila ruang digital terus dikuasai oleh industri buzzer. Perlu keberanian bersama untuk mengembalikan media sosial sebagai ruang publik yang sehat, bebas, dan beretika.

Baca Juga  LPSS Soroti Mandeknya Screening Urine Siswa Meski BNNK Banyuwangi Sudah Berdiri

Jalan Keluar: Membangun Demokrasi Digital yang Sehat

Untuk menghadapi masalah ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, transparansi dana politik harus diperketat. Setiap pengeluaran yang berhubungan dengan kampanye, termasuk aktivitas digital, wajib dicatat dan diaudit publik. Kedua, platform media sosial perlu bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk menekan penyebaran akun buzzer bayaran. Teknologi verifikasi bisa dikembangkan agar akun palsu tidak mudah tumbuh.

Ketiga, masyarakat sipil dan mahasiswa harus memperkuat gerakan literasi digital. Anak muda sebagai pengguna terbesar media sosial harus menjadi benteng utama dari manipulasi. Mengkritisi narasi yang tidak masuk akal, menolak ikut menyebarkan hoaks, serta berani melawan arus opini palsu adalah bagian dari perjuangan menjaga demokrasi.

Baca Juga  Wisuda TAPAS Rogojampi: Luluskan Santri Hafal Juz Amma dan Berakhlak Mulia Sejak Usia Dini

Penutup

Buzzer politik bukan sekadar fenomena komunikasi digital, melainkan problem serius demokrasi kita. Jika dibiarkan, industri ini akan merusak tatanan politik dan sosial, serta menjadikan opini publik sekadar komoditas dagangan. Demokrasi bukan lagi milik rakyat, tetapi milik segelintir orang yang mampu membayar lebih banyak.

Oleh karena itu, saya percaya bahwa generasi muda, termasuk mahasiswa, punya peran penting dalam melawan dominasi buzzer. Demokrasi Indonesia hanya akan kuat bila berdiri di atas suara asli rakyat, bukan suara yang dibeli.

 

(Red)

Post Views: 366
Konsultasikan sekarang‼️
Previous Post

Kontraktor Pengaspalan Jalan Nasional Genteng–Banyuwangi Dikecam: Abaikan Keselamatan Pengguna Jalan

Next Post

Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

Redaksi

Redaksi

"𝙼𝚎𝚗𝚐𝚊𝚛𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝙺𝚊𝚝𝚊, 𝙼𝚎𝚗𝚢𝚞𝚊𝚛𝚊𝚔𝚊𝚗 𝙵𝚊𝚔𝚝𝚊"

Next Post
Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Stay Connected test

  • 23.9k Followers
  • 99 Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
IPHI Jawa Timur Gelar Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan Ketiga

IPHI Jawa Timur Gelar Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan Ketiga

Agustus 24, 2025
Ketua Komunitas Sadar Hukum Banyuwangi Mengecam Pelayanan SMA Negeri 1 Muncar dan Akan Jadikan Percontohan Laporan Dugaan Pungli Pendidikan Banyuwangi

Ketua Komunitas Sadar Hukum Banyuwangi Mengecam Pelayanan SMA Negeri 1 Muncar dan Akan Jadikan Percontohan Laporan Dugaan Pungli Pendidikan Banyuwangi

Juli 17, 2025
SMP Darussyfa'ah dan MA Raudhatut Tholabah Genteng Tahan Ijazah Siswa

SMP Darussyfa’ah dan MA Raudhatut Tholabah Genteng Tahan Ijazah Siswa

Desember 20, 2024
Waspada Pembegalan di Jalan Sepi! Wanita dan Anaknya Jadi Korban di Dusun Kalisepanjang

Waspada Pembegalan di Jalan Sepi! Wanita dan Anaknya Jadi Korban di Dusun Kalisepanjang

Juli 14, 2025
Banyuwangi Larang Study Tour, Sekolah Diminta Rayakan Kelulusan secara Edukatif dan Bermakna

Banyuwangi Larang Study Tour, Sekolah Diminta Rayakan Kelulusan secara Edukatif dan Bermakna

1
Dandim 0825/Banyuwangi Berikan Penghargaan Prajurit Berprestasi

Dandim 0825/Banyuwangi Berikan Penghargaan Prajurit Berprestasi

0
Kodim 0825 Banyuwangi Rayakan HUT Korpri ke-53 dengan Tasyakuran dan Santunan Anak Yatim

Kodim 0825 Banyuwangi Rayakan HUT Korpri ke-53 dengan Tasyakuran dan Santunan Anak Yatim

0
Banyuwangi Siap Gelar Seleksi Kompetensi PPPK Tahap I Tahun 2024

Banyuwangi Siap Gelar Seleksi Kompetensi PPPK Tahap I Tahun 2024

0
Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

September 2, 2025
Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

September 2, 2025
Kontraktor Pengaspalan Jalan Nasional Genteng–Banyuwangi Dikecam: Abaikan Keselamatan Pengguna Jalan

Kontraktor Pengaspalan Jalan Nasional Genteng–Banyuwangi Dikecam: Abaikan Keselamatan Pengguna Jalan

September 2, 2025
Forkopimda Banyuwangi Gelar Doa Bersama Lintas Agama, Jaga Kondusifitas Daerah

Forkopimda Banyuwangi Gelar Doa Bersama Lintas Agama, Jaga Kondusifitas Daerah

September 1, 2025

Recent News

Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

September 2, 2025
Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

September 2, 2025
Kontraktor Pengaspalan Jalan Nasional Genteng–Banyuwangi Dikecam: Abaikan Keselamatan Pengguna Jalan

Kontraktor Pengaspalan Jalan Nasional Genteng–Banyuwangi Dikecam: Abaikan Keselamatan Pengguna Jalan

September 2, 2025
Forkopimda Banyuwangi Gelar Doa Bersama Lintas Agama, Jaga Kondusifitas Daerah

Forkopimda Banyuwangi Gelar Doa Bersama Lintas Agama, Jaga Kondusifitas Daerah

September 1, 2025

Browse by Category

  • DAERAH
  • HUKUM
  • NASIONAL
  • NEWS
  • PARIWISATA
  • PARLEMEN
  • PENDIDIKAN
  • PERISTIWA
  • POLRI
  • SENI BUDAYA
  • SOSIAL
  • TNI
  • TRENDING
  • WAWASAN NUSANTARA

Recent News

Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

Grand Opening Dapur Sehat SPPG Arroyyan Cahaya Hasanah, Wujud Nyata Program Makan Bergizi Gratis di Muncar

September 2, 2025
Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

Buzzer Politik: Ketika Opini Publik Menjadi Komoditas Industri

September 2, 2025
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik

Hak Cipta ganeshabwi.com © 2024

No Result
View All Result

Hak Cipta ganeshabwi.com © 2024