Banyuwangi – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi terus berinovasi dalam melestarikan budaya lokal. Kamis pagi (26/6/2025), Disbudpar menghadirkan tayangan edukatif melalui akun TikTok resminya, @banyuwangi_tourism, dengan mengangkat kuliner otentik sekaligus langka khas Suku Osing, yakni “Jangan Banci”.
Hidangan tradisional berbahan daun belimbing liar ini menjadi sorotan utama dalam siaran langsung berdurasi 1,5 jam. Tak hanya menampilkan tutorial memasak, live streaming ini juga menjadi sarana menghidupkan kembali warisan kuliner yang mulai terlupakan di tengah maraknya makanan modern.
“Banyuwangi tidak hanya kaya destinasi alam, tapi juga menyimpan khazanah budaya kuliner yang luar biasa. Jangan Banci adalah contoh nyata kuliner berbasis nilai ritual dan tradisi masyarakat Osing yang perlu diangkat kembali,” ujar Dwi Susanti, Analis Kebijakan Ahli Muda Bidang Ekonomi Kreatif Disbudpar Banyuwangi.
Jangan Banci bukan sekadar makanan, tetapi wujud kearifan lokal masyarakat Desa Kemiren. Meski namanya terkesan unik, kuliner ini sama sekali tidak memiliki konotasi negatif. Nama “Jangan Banci” justru mencerminkan kekayaan rasa dari perpaduan beragam rempah khas Banyuwangi.
Dalam sesi live streaming, Rohaniyah (57), pelestari kuliner tradisional asal Kemiren, menjadi narasumber utama. Ia memandu proses pembuatan Jangan Banci, mulai dari merebus dan memeras daun belimbing liar untuk menghilangkan aroma langu, hingga memasaknya dengan bumbu khas seperti kemiri, jinten, kapulaga, kayu manis, cengkeh, kedawung, serta santan. Hidangan ini biasanya disajikan bersama telur asin, abon, atau perkedel, dan menjadi pelengkap dalam acara syukuran desa atau sedekahan.
“Biasanya kami sajikan bersama telur asin, abon, atau perkedel. Ini adalah makanan pelengkap dalam hajatan atau sedekahan, terutama saat syukuran desa,” ungkap Rohaniyah yang juga aktif menjajakan jajanan pasar di Pasar Minggu Kemiren.
Program live streaming ini menjadi bagian dari strategi digitalisasi warisan budaya Banyuwangi. Sebelumnya, Disbudpar juga mengangkat tema-tema tradisi lainnya seperti tutorial rias pengantin Osing dan pembuatan Mayang Sari, simbol kesucian dalam adat pernikahan Osing.
“Lewat platform seperti TikTok, kami ingin menjangkau generasi muda yang selama ini mungkin jauh dari tradisi. Bukan hanya menikmati, tapi ikut memahami dan melestarikan,” tambah Dwi Susanti.
Disbudpar juga berkomitmen mendukung pelaku UMKM kuliner tradisional yang konsisten menjaga warisan budaya. Sosok Rohaniyah menjadi contoh nyata peran perempuan dalam menjaga kuliner Osing tetap hidup.
Pelestarian Jangan Banci dan kuliner Osing lainnya seperti sumping, jongkong, kucur, jenang selo, hingga apem plecer, bukan hanya urusan dapur, tetapi langkah strategis merawat identitas budaya Banyuwangi yang tumbuh dari akar komunitas.
Dengan semakin dikenalnya kuliner tradisi ini di media sosial, Disbudpar berharap Jangan Banci dan kuliner ritual Osing lainnya tak hanya menjadi nostalgia, melainkan kebanggaan budaya yang tetap hidup di tengah perkembangan zaman.
“Pelestarian budaya tidak bisa hanya lewat festival. Ia harus hidup di dapur, di meja makan, dan sekarang juga di layar gawai kita,” tutup Dwi Susanti.
(Red)